BELAJAR RATIO KEUANGAN SEKARANG
Good Morning People, wah kebangun jam 3.00 subuh gaenak ya.... Laanjut tugas aja deh... Yuk belajar tentang Ratio Keuangan........
Price To Earning Ratio, atau disingkat P/E Ratio adalah alat utama penghitungan harga saham suatu perusahaan dibandingkan dengan pendapatan perusahaan.
Formula untuk menghitung P/E Ratio adalah :
Hasil ini mengindikasikan berapa besar investor bersedia membayar setiap rupiah atas pendapatan perusahaan tersebut. Pada umumnya, investor lebih senang memilih saham dengan P/E Ratio rendah. Semakin rendah P/E Ratio suatu saham, semakin murah saham saham tersebut sehubungan dengan pendapatan perusahaan.
Penting untuk dicatat bahwa P/E Ratio dapat dihitung juga berdasar data perusahaan secara umum. Ini dapat dilakukan dengan membagi kapitalisasi pasar perusahaan (sebagai pengganti harga saham) dengan total pendapatan perusahaan (sebagai pengganti earning per share).
3. Profitability Ratio
Jenis-jenis Rasio Likuiditas
· Rasio Lancar (Current Ratio)
Ratio Keuangan
→ Besaran relatif terhadap dua nilai numerik terpilih yang diambil dari sebuah laporan keuangan perusahaan. Biasanya digunakan untuk mencoba mengevaluasi kondisi keuangan keseluruhan perusahaan. Ratio dapat dinyatakan sebagai nilai desimal seperti 0,20 atau diberikan sebagai nilai persen setara seperti 20%. Dengan Ratio, seseorang dapat mengambil timbal baliknya, jika rasio diatas 1, timbal balik akan berada dibawah 1 dan sebaliknya.
Contoh Ratio Keuangan
a. Current Ratio => Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki.
b. Quick Ratio => Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.
c. Cash Ratio => Mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan yang disimpan di Bank.
d. Perputaran Piutang => Mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun.
Jenis-jenis Ratio Keuangan
1. Earning Ratio ( Rasio Penghasilan Harga ) (P/E)
=> Hubungan antara harga saham perusahaan dan laba per saham (EPS). P/E menunjukan ekspektasi pasar dan merupakan harga yang harus Anda bayar per unit penghasilan saat ini.
Penghasilan penting ketika menilai saham perusahaan karena investor ingin tahu seberapa menguntungkan perusahaan dan seberapa menguntungkan di masa depan. P/E dapat diartikan sebagai jumlah tahun yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar kembali jumlah yang dibayarkan.
Macam-macam Earning Ratio:
1. Dividends Per Share
Dividen Per saham dan formula yang disediakan dapat digunakan oleh individu yang mengevaluasi berbagai shaam untuk diinvestasikan dan lebih memilih perusahaan yang membayar dividen. Perusahaan dengan rasio pembayaran dividen rendah yaitu perusahaan yang membayar persentase lebih kecil dari pendapatan bersih mereka kepada pemegang saham, akan menginvestasikan kembali laba bersih yang dapat menyebabkan peningkatan nilai perusahaan karena ekspansi.
2. Earnings Per Share
Penghasilan dan dividen tidak sama dimana perusahaan berusaha mempertahankan sebagian dari pendapatan mereka untuk pertumbuhan di masa depan. Jumlah penghasilan yang dibayar dalam dividen kepada pemegang saham biasa dapat ditemukan dari menggunakan rumus rasio pembayaran dividen. Perusahaan membayar 20% dari laba bersih mereka kepada pemegang saham biasa akan memiliki rasio pembayaran 20%.
3. Revenue Per Share
Rumus:
Pendapatan Per Saham ( Kuartal ) = Penerimaan Kuartalan / Saham Biasa
Pendapatan Per Saham (TTM) = Tertinggal 12 Bulan Pendapatan / Saham biasa Beredar dari Kuartal Terbaru.
Meningkatkan pendapatan per saham (RPS) dari waktu ke waktu adalah pertanda baik, karena berarti setiap saham memiliki klaim untuk pendapatan lebih banyak.
Contoh: Jika sebuah perusahaan menghasilkan 500 juta dalam pendapatan dan memiliki 100 juta saham biasa yang beredar, RPS adalah 5. Untuk setiap saham yang beredar, perusahaan menghasilkan 5 dolar dalam perusahaan.
4. Book Value Per Share
Metode untuk perbandingan dalam menilai suatu perusahaan. Misalnya, nilai perusahaan akan melihat nilai pasar ekuitas perusahaan ditambah utangnya, sedangkan nilai buku per saham hanya melihat ekuitas di neraca. Secara konseptual, nilai buku per saham mirip dengan nilai bersih, yang berarti adalah aset dikurangi utang, dan dapat dilihat seolah-olah apa yang akan terjadi jika operasi dihentikan. Seseorang harus mempertimbangkan bahwa neraca mungkin tidak mencerminkan dengan akurasi tertentu, apa yang sebenernya akan terjadi jika sebuah perusahaan menjual semua aset mereka.
Contoh: Perusahaan yang saat ini melakukan perdagangan seharga $20 tetapi memiliki nilai buku sebesar $10 yang dijual dengan dua kali ekuitas.
5. Cash Flow Per Share
Rumus:
Arus Kas Per Saham = ( Arus Kas - Dividen Pilihan ) / Saham Beredar
Bagian dari arus kas perusahaan yang dialokasikan untuk setiap saham biasa. Cara kerja Arus kas yaitu Arus Kas Per Saham dapat dihitung dengan membagi arus kas yang diterima dalam periode pelaporan tertentu dengan jumlah total saham yang beredar selama periode yang sama, Karena jumlah saham yang beredar dapat berfluktasi, rata-rata tertimbang biasanya digunakan.
Contoh: Selama kuartal keempat, perusahaan XYZ melaporkan arus kas sebesar $4 juta dan membagikan dividen yang disukai sebesar $500.000. Selama rentang waktu yang sama, perusahaan memiliki total 10 juta saham yang beredar.
Jawaban : ($4.000.000 - $500.000) / 10.000.000 = $0,35
6. Cash Equivalent Per Share
Investasi yang dapat dikonversei menjadi uang tunai, seperti kertas komersial, treasury bills, obligasi pemerintah jangka pendek, surat berharga, dan kepemilikan pasar uang. Uang tunai dan setara kas adalah aset paling likuid dari bisnis apapun. Kas dan Setara Kas sangat penting untuk likuiditas bisnis. Perusahaan harus memiliki kas dan setara kas yang cukup untuk memenuhi kewajiban mendesaknya ketika jatuh tempo.
7. Net Assets Per Share
Rumus:
NAVPS => ( Nilai Pasar Semua Efek yang dimiliki oleh dana+kas dan ekuivalen holdings - kewajiban dana) / Total Saham Dana Beredar
Nilai aktiva bersih per saham adalah nilai satu bagian dari reksa dana. Contohnya, Reksa Dana XYZ perusahaan memiliki sekuritas senilai $10.500.000, $1.000.000 tunai, dan $500.000 kewajiban . Jika dana itu memiliki 1.000.000 saham yang beredar maka NAVPS berapa?
NAVPS=> ( $10.500.000+ $1.000.000 - $500.000 ) / 1.000.000 = $11.00
2. Valuation Ratio
a. PER (Price to Earning Ratio)
Formula untuk menghitung P/E Ratio adalah :
P/E Ratio = Harga Saham / Earning Per Share
Hasil ini mengindikasikan berapa besar investor bersedia membayar setiap rupiah atas pendapatan perusahaan tersebut. Pada umumnya, investor lebih senang memilih saham dengan P/E Ratio rendah. Semakin rendah P/E Ratio suatu saham, semakin murah saham saham tersebut sehubungan dengan pendapatan perusahaan.
Penting untuk dicatat bahwa P/E Ratio dapat dihitung juga berdasar data perusahaan secara umum. Ini dapat dilakukan dengan membagi kapitalisasi pasar perusahaan (sebagai pengganti harga saham) dengan total pendapatan perusahaan (sebagai pengganti earning per share).
P/E Ratio = Kapitalisasi Pasar / Total Pendapatan
b. PSR (Price Sales Ratio)
Rasio Harga terhadap Penjualan ini adalah rasio keuangan yang membandingkan harga saham perusahaan dengan penjualan tahunannya. Sama dengan Price to Earning Ratio (PER) dan Price/Earning to Growth Ratio (PEG), Price to Sales Ratio ini biasanya juga digunakan untuk penilaian saham atau umumnya disebut dengan istilah Rasio Valuasi Investasi atau Rasio Valuasi Saham.
Price to Sales Rasio atau Rasio Harga Terhadap Penjualan adalah salah satu rasio valuasi yang paling dasar dan mudah dipahami sehingga banyak digunakan oleh para investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. Investor tentunya ingin mengetahui berapa banyak penjualan yang dapat dihasilkan dari modal yang mereka investasikan. Jadi Price to Sales Ratio ini menilai sebuah perusahaan berdasarkan pada operasi sebenarnya tanpa berdampak pada penyesuaian akuntansi.
Rumus sebagai berikut :
Price to Sales Ratio = Harga per Saham / Pendapatan per Saham
Atau
Price to Sales Ratio = Kapitalisasi Pasar / Penjualan
Catatan :
- Harga per Saham dapat dilihat dari sumber-sumber yang memuat data pasar saham sedangkan Pendapatan per Saham dapat dihitung dengan membagikan Pendapatan Perusahaan yang terdapat dalam Laporan Keuangan dengan Jumlah keseluruhan saham yang beredar.
- Kapitalisasi Pasar dapat dihitung dengan mengkalikan Harga per Saham dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan Pendapatan Perusahaan dapat dilihat dari Laporan Keuangan Perusahaan yang bersangkutan.
3. Profitability Ratio
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan (earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas dipakai untuk memperlihatkan seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan yang memengaruhi catatan atas laporan keuangan yang harus sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering dipakai untuk meninjau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dipakai dalam jenis jenis akuntansi keuangan antara lain:
· Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor yang dipengaruhi oleh laporan arus kas memaparkan besaran laba yang didapatkan oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang terpakai untuk memproduksi produk atau jasa.
Margin Laba Kotor ini sering disebut juga dengan Gross Margin Ratio (Rasio Marjin Kotor). Gross profit margin mengukur efisiensi perhitungan harga pokok atau biaya produksi. Semakin besar gross profit margin semakin baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan yang menunjukkan harga pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan (sales) yang berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka perusahaan kurang baik dalam melakukan kegiatan operasional. Rumus perhitungan laba kotor sebagai berikut.
Rumus perhitungan laba kotor sebagai berikut :
Gros Profit Margin = (laba kotor/ total pendapatan) x 100%
|
· Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Margin laba bersih ini disebut juga profit margin ratio. Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Net profit margin dihitung dengan rumus berikut ini :
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak : Penjualan
|
· Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)
Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini.
Rumus Rasio Pengembalian Aset sebagai berikut :
ROA = Laba Bersih : Total Aset
|
· Return on Equity Ratio (Rasio Pengembalian Ekuitas)
Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan pemegang saham preferen). Return on equity menunjukkan seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth), sehingga tingkat keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. ROE yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang disebut rentabilitas usaha.
Rumus Return On Equity sebagai berikut :
ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang saham
|
· Return on Sales Ratio (Rasio Pengembalian Penjualan)
Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah pekerja, bahan baku, dan lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan yang juga disebut margin operasional (operating margin) atau Margin pendapatan operasional (operating income margin).
Berikut ini rumus untuk menghitung return on sales (ROS) :
ROS = (Laba sebelum Pajak dan Bunga / Penjualan) x 100%
|
· Return on Capital Employed (Pengembalian Modal yang digunakan)
Return on Capital Employed (ROCE) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang dipakai dalam bentuk persentase (%). Modal yang dimaksud adalah rkuitas suatu perusahaan ditambah kewajiban tidak lancar atau total aset dikurangi kewajiban lancar. ROCE mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau investasi perusahaan. Laba sebelum pengurangan pajak dan bunga dikenal dengan istilah ”EBIT” yaitu Earning Before Interest and Tax.
Berikut ini 2 rumus ROCE yang sering digunakan :
ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / Modal Kerja
atau
ROCE = Laba Sebelum Pajak dan Bunga / (Total Aset – Kewajiban)
|
· Return on Investment (ROI)
Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari laba bersih setelah dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return on investment berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva secara keseluruhan yang tersedia pada perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik kondisi suatu perusahaan.
Rumus Return on Investment berikut ini :
ROI= ( (Laba Atas Investasi – Investasi Awal) / Investasi )x 100 %
|
· Earning Per Share (EPS)
Earning per share merupakan rasio profitabilitas yang menilai tingkat kemampuan per lembar saham dalam menghasilkan laba untuk perusahaan. Manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat memperhatikan earning per share karena menjadi indikator keberhasilan perusahaan.
Rumus earning per share sebagai berikut :
EPS = Laba Bersih Setelah Pajak – Dividen Saham Preferen / Jumlah Saham Biasa yang Beredar
|
4. Liquidity Ratio
Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya saat jatuh tempo. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. Pada dasarnya, Rasio Likuiditas ini merupakan hasil pembagian kas dan dan aset lancar lainnya dengan pinjaman jangka pendek dan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukan berapa kali kewajiban hutang jangka pendek dapat ditutupi oleh kas dan aset lancar lainnya. Jika nilainya lebih dari 1 maka berarti kewajiban jangka pendek dapat ditutup sepenuhnya.
Secara umum, semakin tinggi rasio likuiditas, semakin tinggi pula margin keselamatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk memenuhi kewajiba lancarnya. Rasio likuiditas yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki keuangan yang sehat dan kemungkinan kecil akan mengalami kesulitan keuangan.
Jenis-jenis Rasio Likuiditas
Beberapa jenis rasio likuiditas yang umum digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek saat jatuh tempo ini adalah :
· Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio Lancar atau Current Rasio adalah ukuran kinerja neraca keuangan terhadap likuiditas perusahaan. Rasio lancar menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban hutang jangka pendek. Rasio Lancar ini mengukur apakah perusahaan memiliki sumber daya yang cukup untuk membayar hutangnya selama 12 bulan kedepan. Rasio Lancar atau Current Ratio ini dihitung dengan membagikan aktiva lancar (current asset) dengan kewajiban lancar (Current Liabilities).
Rumus Rasio Lancar :
Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Hutang Lancar
Rasio Cepat atau juga dikenal dengan Quick Ratio atau Acid Test Ratio ini adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pendeknya dengan menggunakan aset yang paling likuid (paling cair) atau aset yang mendekati uang tunai (aset cepat). Aset cepat termasuk aset lancar atau aktiva lancar yang mungkin dapat dengan cepat dikonversi menjadi uang tunai yang mendekati nilai bukunya. Rasio Cepat ini dipandang sebagai tanda kekuatan atau kelemahan keuangan suatu perusahaan karena dapat memberikan informasi tentang likuiditas jangka pendek perusahaan. Rasio Cepat atau Quick Ratio ini dapat memberitahu kepada kreditur berapa banyak hutang jangka pendek perusahaan yang dapat dipenuhi dengan menjual semua aset likuid (aset cair) dalam waktu yang paling singkat.
Rumus Rasio Cepat (Quick Ratio) :
Rasio Cepat = (Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang Lancar
Rasio Tunai atau Rasio Kas Cash Ratio adalah perbandingan atau rasio antara total tunai (cash) dan setara kas perusahaan dengan kewajiban lancar. Rasio ini untuk menentukan apakah perusahaan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio Kas ini pada umumnya merupakan pandangan yang lebih konservatif terhadap kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajibannya dari rasio likuiditas lainnya karena aset-aset lain dan piutang usaha tidak dimasukan kedalam perhitungan Rasio kas ini.
Rumus Rasio Kas (Cash Ratio) :
Rasio Kas = (Kas + Setara Kas) / Hutang Lancar
Danke❤
Referensi:
1. https://investinganswers.com/financial-dictionary/financial-statement-analysis/cash-flow-share-2816 ( diakses tanggal 07 Desember 2018 Jam 21.30 WIB )
2. https://zahiraccounting.com/id/contoh-rasio-keuangan ( diakses tanggal 07 Desember 2018 Jam 22.30 WIB )
3. https://investinganswers.com ( diakses tanggal 07 Desember 2018 Jam 23.30 WIB )
4. https://www.jurnal.id/id/blog/2018/rasio-profitabilitas-pengertian-fungsi-jenis-dan-contoh-terlengkap.html?locale=en (diakses pada tanggal 07 Desember 2018 jam 24.00)
5. https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-price-to-cash-flow-ratio-harga-terhadap-arus-kas-rumus-pcfr/ (diakses pada tanggal 08 Desember 2018 Jam 16.00 )
Comments
Post a Comment